Kamis, 14 Oktober 2010

Ke Taman Bermain


" Kok masih gelap sih," bisik mia, sambil mengintip dari balik tirai jendela. Ia berpaling ke dinding yang ada jamnya, sudah jam 7.30. Ini sudah lewat satu jam dari biasanya, saat matahari mulai menampakkan senyum cerahnya menyinari bumi dan seisinya.

Tapi di Pagi Minggu ini, kemana matahari itu bersembunyi. Mia sudah tidak sabar. Ia ingin pergi ketaman bermain yang berada 1 blok dari apartemen yang ditempatinya. Ia melihat taman itu saat pulang dari pasar bersama bunda 2 hari yang lalu. Waktu itu bunda berjanji akan mengajak mia ke taman pada hari Minggu. 

 " Nanti kita ke tamannya  kalau Bapak dan Kakak libur saja, rame-rame pasti lebih seru kan, " begitu kata bunda saat mia merengek minta berhenti.

Taman itu bukan sekedar taman bunga, yang menarik buat mia adalah di sudut taman itu ada papan luncuran dan fasilitas bermain anak, yang kalau ditempat asalnya hanya bisa dinikmati di mall atau pusat perbelanjaan lainnya, itupun harus bayar dengan waktu main paling lama 1 jam. Disini fasilitas bermain itu ada ditempat umum, di taman. itu artinyamia bisa bermain disana tanpa harus membayar alias gratis. selain itu ia bisa bermain sepuasnya tanpa harus diingatkan mbak-mbak petugas bahwa waktu bermainnya sudah habis. 

Tik...tik...tik...
Bunyi gemericik air yang jatuh di atas genting
" ya...huujaan bunda..! Teriak Mia kesal.
" mia, kamu tidak boleh begitu", hibur bunda.
" hujan itukan rahmat pemberian Allah SWT," Bunda menjelaskan.
" Kalau tidak ada hujan, Pohon-pohon dan binatang akan mati, " lanjut Bunda.
"Tapi gara-gara hujan turun, mia gak jadi pergi ke taman bunda," mia menggerutu.
" Bukan tidak jadi, tetapi ditunda. Kita akan pergi ketaman kalau hujan sudah berhenti dan
matahari kembali bersinar, " hibur bunda lagi.

kalau hujannya berhenti, kalau tidak, batin mia.

Ia lalu mengambil buku cerita yang kemarin di belinya bersama bapak di Mollie's. Buku itu dibolak-baliknya hanya untuk sekedar melihat-lihat gambar yang menarik sembari mencoba menerka cerita yang ada dibuku itu. 
menerka, itu satu-satunya cara untuk mengerti, karena cerita itu ditulis dalam bahasa mandarin. tapi gambar-gambar di buku itu sangat bagus, itulah alasan mengapa bapak dan mia tetap membelinya, dia berharap suatu saat kelak bisa membacanya.

" Mia, jadi mau ke taman nak", panggil bunda.
" Jadi nda, " mia menyahut. Cepat-cepat menutup bukunya dan meletakkannya kembali ke rak buku. Berarti sudah tidak hujan lagi ya , batin mia senang.
" Ayo dipakai sepatu dan mantelnya," ujar bunda.
" Iya bunda."

Bapak, bunda dan kakak terlihat sudah rapi. Bunda sudah menyandang tas ransel dipundaknya. Tas itu berisi makanan ringan dan minuman untuk bekal di taman nanti.
Kurang dari lima belas menit mereka semua sudah tiba ditaman. Taman terlihat mulai ramai.
Ada remaja yang sedang bermain bola basket dilapangan yang ada disisi kanan taman.  Bapak-Bapak duduk di kursi taman, ada yang mengobrol dan ada juga yang membaca koran. Ibu-ibu berkumpul berbincang-bincang sambil sesekali memperhatikan anak-anak mereka yang bermain. ada juga yang sedang jogging, berjalan mengitari taman. Anak-anak bermain di fasilitas bermain yang ada disudut taman. suara mereka terdengar ramai sekali sambil sesekali ada yang tertawa senang.

"Yuk kak kita kesana, " ajak mia pada kakaknya. kakak pun mengiyakan. mereka berlari berpegangan tangan menuju papan luncuran. Tapi, tidak satu pun dari anak-anak yang menaiki papan luncuran. mereka memilih mainan yang lainnya, kuda-kudaan, motor-motoran, gajah, dan yang lainnya. Padahal, justru papan luncuran itu yang paling menarik minat mia. aneh juga , pikir mia.
Mia segera menaiki tangga papan luncuran. saat ia berada diatas dan siap meluncur, kakak berteriak menghentikan mia.

"Dek, jangan meluncur dulu. Papan luncurannya basah," kata kakak.

Oooo, pantas saja tidak ada anak-anak yang menaiki papan luncuran ini. Ternyata hujan yang turun tadi pagi menyisakan genangan air di papan luncuran. Yaa...mia kecewa lagi
Mia pun turun lewat tangga, dan memilih mainan palang-palangan, seperti anak yang lain.
kakak juga. Tapi seketika kakak berlari menghampiri ibu, lalu kembali lagi ke papan luncuran membawa lembaran kertas-kertas tisue ditangannya.
kakak lalu mengelap air genangan itu sampai kering, lalu membuang tisue-tisue yang telah kotor ke tempat sampah.

" ayo dek, naik sini", kata kakak memanggil mia sambil menaiki tangga papan luncuran.
kakak meluncur sambil tertawa senang.  Mia lalu berlari menaiki tangga dan syuu..dia meluncur  sambil berteriak " hore...kakak hebat ..! "
" terima kasih ya kak, " ujar mia setelah ia berada dibawah.

Teriakan mia ternyata menarik perhatian anak-anak lainnya. mereka pun segera berlari    menuju papan luncuran. Dan sebentar saja papan luncuran itu sudah dipenuhi anak-anak yang antri ingin meluncur.
syuuu...
syuuu...
syuuu...
satu-persatu mereka meluncur.
ha..ha...mereka tertawa senang.

Anak-anak itu lalu menghampiri kakak dan Mia.
Mereka lalu tersenyum, sambil berkata, " Xie-xie, xie-xie".
Kakak lalu menjawab, " bu ke ci". Kakak merasa senang.
Mia merasa senang dan Bangga pada kakak.

Kumbang dan Ayam Jantan

Enam ekor kumbang kecil sedang bermain diatas sebatang pohon yang baru ditebang.
Pohon itu masih basah karena baru saja diguyur hujan.
Seekor kumbang yang paling besar badannya berkata kepada teman-temannya.
" Hai, kawan-kawan, aku bosan dari tadi kita hanya berputar-putar diatas kayu ini" katanya.
" Kau ingin kita main apa kumbang berbadan besar" teman-temannya menyahut.
" Aku ingin main petak umpet saja, lebih menantang", jawabnya.
" wah sepertinya asik, " jawab seekor kumbang lainnya.
" ya,ya, aku mau", kumbang yang lain menimpali.
" Tapi kalau kita main petak umpet, kita pasti meninggalkan pohon ini kan?", 
kumbang yang lain merasa khawatir.
" aku takut, kita akan di marahi ibu" lanjutnya.
" Kan, ibu kita tidak tahu," jawab kumbang berbadan besar.
" ya, betul-betul," sahut teman-temannya.
" Tapi, kalian ingatkan pesan ibu, kalau kita meninggalkan pohon ini, akan berbahaya, " 
sahut temannya yang merasa khawatir.
" ah kau ini memang penakut ya, kalau begitu kau tidak usah ikut saja," kata kumbang berbadan besar lagi.
" Ayo, siapa yang mau ikut aku bermain petak umpet, " tantangnya lagi.
" akuuu, " jawab teman-temannya, kecuali satu kumbang yang merasa khawatir tadi.

Mereka lalu meninggalkan pohon itu dan satu temannya yang memandang mereka dengan perasaan sedih.
Kumbang yang sendirian itu tidak, kembali ke rumahnya. Ia hanya berdiam diri menunggu kedatangan teman-temannya. lalu mulai bersenandung kecil untuk mengusir kesepiannya. ia merasa senang mendengar suaranya, lalu iapun mulai bernyanyi, lagu yang sering ia dengar dari ibunya. Ditengah-tengah nyanyiannya, ia melihat teman-temannya yang berjalan tergesa-gesa menaiki batang pohon.

" cepat-cepat" teriak kumbang-kumbang itu.
" ayo, cepat", teriak yang lainnya.
" tunggu aku, teman-teman" teriak si kumbang besar.
Kumbang-kumbang kecil itu terlihat sangat ketakutan. 
tak jauh dari mereka seekor ayam jantan, terlihat sedang mencari mangsa.

satu persatu kumbang kecil itu menaiki pohon, namun kumbang besar itu sangat kepayahan.
teman-temanmya menyemangatinya.

" ayo cepat kumbang besar, ayo cepat", seru teman-temannya. 
Tapi warna kumbang besar yang merah menyala itu telah menarik perhatian sang ayam jantan.
Dengan cepat ayam itu menyambar si kumbang besar.

" ooo, tidak " jerit teman-temannya.

Mereka terdiam, lalu saling berpandangan.
Mereka sama sekali tidak pernah menyangka, 
mereka akan menempuh bahaya seperti itu.